Golf kerap dianggap sebagai olahraga untuk orang berduit. Sebab yang diperlihatkan selama ini hanyalah sekumpulan orang pebisnis dan menjadi ajang berkumpul kelas elite. Tetapi apakah benar seperti itu? Yuk, simak ulasan di bawah ini!
1. Anggapan golf adalah olahraga untuk orang berduit
Selama ini golf dikenal sebagai olahraga untuk kelas elite. Kemungkinan, hal itu dilihat dari segi harga peralatan golf yang cukup mahal. Selain itu, untuk bermain golf juga memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk menyewa lapangan, caddy fee, dan lainnya.
Namun anggapan tersebut sepenuhnya tidak benar. Menurut Ketua Pembinaan Atlet Junior Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Golf Indonesia (PGI) Bali, Jurry Soeryo Wiharko, biaya peralatan hingga sewa lapangannya bisa ringan kalau saling membantu antara sesama atlet.
“Golf tidak hanya untuk kalangan atas saja, beberapa atlet-atlet golf junior binaan PGI Bali ada anak-anak caddy juga. Selain itu, untuk peralatan tidak hanya bisa didapatkan dengan membeli baru. Bisa juga menggunakan peralatan bekas temannya yang memang umurnya sudah tidak cocok lagi menggunakan alat tersebut,” ungkap Jurry ketika ditemui di sela-sela pertandingan golf junior di Pecatu, Kabupaten Badung, Minggu (29/5/2022).
2. Golf mengajarkan pentingnya kejujuran
Selain olahraga untuk mengejar prestasi dan kesehatan, golf juga mengajarkan atlet untuk jujur dalam pertandingan. Setiap atlet tidak boleh mengubah data agar terlihat memiliki hasil yang lebih baik.
Hukuman bagi atlet yang tidak jujur terbilang sangat keras seperti pengurangan skor, diskualifikasi, hingga penonaktifan sementara.
“Kejujuran itu adalah hal yang wajib dimiliki oleh pegolf maupun atlet. Setiap atlet harus jujur akan pencapaiannya saat di lapangan,” kata pria yang juga bekerja di sebuah maskapai swasta ini.
3. Diajarkan kejujuran sejak dini melalui kelas khusus
Menanamkan kejujuran kepada atlet golf harus dilakukan sejak dini. Biasanya dalam pembinaan sehari-hari, pelatih akan memberikan pemahaman mengenai etika-etika bermain golf.
Biasanya kesalahan umum yang sering terjadi adalah ketidaktahuan atlet tentang aturan pertandingan, bukan karena sengaja ingin mengganti data yang ada.
“Biasanya akan ada kelas khusus mirip workshop, tentang bagaimana bermain golf yang baik dan benar. Kelas ini biasanya diadakan setahun dua kali,” kata Jurry.
4. Bali kekurangan sarana latihan untuk atlet golf
Bali memiliki beberapa lapangan golf yang tersebar di wilayah kabupaten/kota, namun belum cukup untuk pembinaan atlet. Selama ini, lapangan menjadi permasalahan dalam pembinaan atlet-atlet golf di Bali, termasuk ketika mengadakan kejuaraan.
“Pada saat mengadakan turnamen atau kejuaraan, lapangan masih menjadi kendala, apalagi sekarang kehidupan sudah perlahan mulai normal kembali. Biasanya pihak penyelenggara lomba akan mengatur penggunaan lapangan bersama manajemen pemilik lapangan. Sehingga antara peserta kejuaraan dan tamu bisa memanfaatkannya secara bergantian,” terang Jurry.
5. Bersinar di junior, meredup begitu memasuki usia senior
Permasalahan lain yang sering dialami atlet golf di Bali adalah penurunan prestasi di usia senior. Seringkali, atlet golf langganan juara di kategori junior. Namun setelah menjadi senior, si atlet mulai jarang juara dan bahkan meninggalkan golf.
Jurry menilai, hal ini terjadi karena kompetitisi untuk tingkat senior amatir maupun profesional bisa dibilang sangat sedikit.
“Oleh karena itu kompetisi kategori senior perlu lebih diperbanyak. Sehingga atletnya ada wadah untuk evaluasi kemampuan dan tidak menjadi jenuh,” jelas pria yang kerap menjadi penyelenggara turnamen golf junior ini.
Gimana, kamu berminat belajar golf? Sebagai pemula yang ingin mencoba olahraga golf, kamu bisa berlatih dulu di lapangan driving range. Tujuannya agar kamu tahu bagaimana cara memukul bola golf menggunakan stick yang baik dan benar. Selain itu, kamu harus siap untuk berjalan kaki selama bermain golf ya.
sumber: Ari Budiadnyana